Ketidaksetiaan Dropadi

12 Okt

Judul Buku: Istana Khayalan
Judul Asli: The Palace of Illusions
Penulis: Chitra Banerjee Divakaruni
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: Juli, 2009

KEHADIRANNYA ke dunia tidak terduga, bahkan tak diharapkan. Semua peserta upacara api pengorbanan terperangah saat dia, seorang gadis cilik berkulit gelap, muncul dari kobaran api. Tak terkecuali Raja Negeri Panchala Prabu Drupada, si empunya hajat.

Upacara api pengorbanan digelar Drupada untuk meminta kehadiran seorang putra. Bukan semata penerus generasi atau pewaris takhta yang dia inginkan, melainkan untuk tujuan membalas dendam kepada Drona, guru Pandawa dan Kurawa di negeri Hastinapura.

Keinginannya terkabul. Bukan hanya satu putra, Dewa memberi bonus seorang putri. Karena memang tidak diharapkan, Drupada hanya mau menggendong anak laki-lakinya. Tapi rupanya pria kecil yang muncul sesaat sebelum gadis kecil tak mau melepaskan genggaman saudaranya. Drupada pun mengangkat keduanya.

Pria kecil itu kemudian diberi nama Destradyuma dan gadis cilik itu dinamai Dropadi. Begitulah Chitra Banerjee Divakaruni mengawali kisah The Palace of Illusions, yang kemudian dialihbahasakan ke bahasa Indonesia oleh Gita Yuliani.

Tokoh utama dalam buku yang dicetak ulang Gramedia Pustaka Utama ini adalah Dropadi, yang dalam versi Indonesia biasanya ditulis Drupadi.

Chitra menampilkan biografi Dropadi. Mulai kemunculannya di dunia yang misterius, kisah cinta, perselingkuhannya, perseteruan antara Pandawa dan Kurawa, hingga akhirnya meninggal di puncak Himalaya. Pembaca diajak menyelami kehidupan Dropadi secara utuh, termasuk watak dan karakternya.

Dropadi digambarkan sebagai perempuan berwatak keras, pemarah, tidak sabaran, sombong, bukan tipe wanita yang setia kepada suami, memiliki sejuta impian, serta ditakdirkan akan membawa perubahan zaman.

Tanda-tanda perubahan zaman itu dimulai saat Dropadi, yang kemudian memiliki nama lain, yakni Panchali, akan dinikahkan. Prabu Drupada menggelar sayembara bagi para ksatria untuk bertanding memperebutkan putrinya.

Ratusan ksatria ikut sayembara itu. Termasuk Duryudana, Pangeran Kurawa dari Hastinapura, serta Arjuna dari Pandawa. Di akhir pertandingan, Arjuna ditentukan sebagai pemenang. Padahal ada nama lain, yang juga memiliki keahlian memanah seperti panengah Pandawa itu. Dialah Karna, yang berhasil memikat hati Dropadi.

Namun, karena ketidakjelasan asal-usul keluarga, Karna tidak diizinkan ikut sayembara. Demi menjaga nama baik keluarga, Dropadi akhirnya diboyong oleh Arjuna ke sebuah hutan, menemui saudara-saudaranya yang tengah dalam persembunyian.

Masalah kemudian muncul ketika Kunti secara tidak sengaja meminta kepada Arjuna, apa pun yang dia peroleh harus dibagi rata berlima. Ucapan tak bisa dicabut, Dropadi pun dikawinkan dengan kelima putra Pandawa.

Pada bagian inilah, Chitra terlihat tidak obyektif. Penulis kelahiran India yang lama menetap di Amerika Serikat itu terlalu memihak. Dropadi dia gambarkan sebagai sosok menantu yang selalu memberontak atau berseberangan dengan Kunti, sang mertua. Meski memberontak, Dropadi hanya bisa menyimpannya dalam hati.

Sementara itu, Kunti, tak satu pun kalimat Chitra yang menunjukkan istri Pandu Dewanata itu sebagai seorang ibu yang bijak dan lemah lembut. Bahkan cenderung digambarkan sebagai seorang mertua dan orang tua yang otoriter.

Chitra berhasil mengolah salah satu bagian dari epik Mahabarata menjadi sebuah kisah yang menyentuh. Penuh intrik politik, nafsu, keserakahan, cinta, perselingkuhan, dendam, dan kesombongan. Hanya, dia gagal mempengaruhi emosi pembaca. Proses penggambaran setiap adegan begitu datar.

Tampak pada peristiwa dilecehkannya Dropadi oleh para Kurawa, penulis tidak menunjukkan secara rinci setiap peristiwa. Bagaimana perasaan Yudhistira, Dropadi sendiri, Bisma, dan bagaimana pula dengan Kunti. Hal yang sama terjadi pada bagian perang Baratayudha. Hanya digambarkan sekilas.

Kisah Dropadi yang ditampilkan Chitra mengusung Mahabarata versi India. Menurut versi Indonesia, Dropadi bersuamikan satu orang, yakni Yudhistira. Namun, sesungguhnya itu hanya perkawinan fisik. Karena sesungguhnya cintanya untuk Arjuna. Sementara menurut versi India, selain bersuamikan lima orang Pandawa, Dropadi menaruh hati kepada Karna.

Setiap mendapat kesengsaraan bersama Pandawa, nama Karna-lah yang dia sebut. Hingga ajal menjemput, nama Karna juga yang terucap. Ketidaksetiaan inilah yang akhirnya menyebabkan Dropadi tidak bisa meraih puncak Himalaya bersama Yudhistira.

Erwin Dariyanto

Tinggalkan komentar